Tuesday, January 4, 2011

BAB III PROSES BELAJAR DAN IMPLIKASINYA


A.    PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan Iingkungannya, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat mempertahankan hidupnya (survival). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relatif bersifat permanen (menetap) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immédiate behavior), tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
Berikut ini akan diketengahkan pengertian belajar dari beberapa pakar aliran psikologi :
1.      Belajar menurut B. F. Skinner (dalam Margaret 1991) Dari aliran Behaviorisme: belajar adalah suatu perilaku. Pada saat belajar responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menurun.
2.      Belajar menurut Robert Gagne (1985) - Aliran Kognitif: belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabiîitas sehingga setelah belajar seseorang memperoleh keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
3.      Belajar menurut Jean Piaget (dalam Margaret 1991) - aliran kognitif: belajar adalah membentuk pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan sehingga intelek berkembang.
4.      Belajar menurut Rogers (dalam Margaret 1991) - Aliran huministik; belajar adalah mempelajari hal-hal yang bermakna dengan keterlibatan siswa itu sendiri secara penuh dan sungguh-sungguh.
5.      Belajar menurut Wolfgang Kohler (dalam Margaret 1991) - Aliran Gestalt: belajar adalah perubahan dalam proses persepsi merupakan landasan bagi belajar.
6.      Belajar menurut Ivan Pavlov (dalam Margaret 1991) Aliran Behavioristik: bahwa hasil belajar itu merupakan suatu respons yang dikondisikan.
7.      Belajar menurut Albert Bandura (dalam Margaret 1991) - Aliran Sosial: belajar terjadi karena adanya hubungan segitiga antara Iingkungan, faktor pribadi, dan tingkah Iaku.
Jadi, pengertian tentang belajar adalah: perubahan tingkah Iaku manusia berupa   keterampilan,   pengetahuan,   sikap,   nilai,   melalui   respon   dan lingkungannya.
B.     PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dari berbagai prinsip belajar yang dikemukakan berikut ini merupakan upaya untuk meningkatkan pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan: perhatian   dan   motivasi,   keaktifan,   keterlibatan   langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
a.      Perhatian dan Motivasi
            Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena pengolahan informasi tidak akan terungkap tanpa perhatian. Perhatian terhadap pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran.
Motivasi dapat bersifat internai, artinya datang dari dalam diri sendiri, dan dapat pula bersifat eksternal, artinya datang dari Iuar atau dari orang lain seperti: guru, orang tua, teman dan sebagainya.
Motivasi dibedakan atas motif intrinsik dan motif ektrinsik Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan .Sedangkan ekstrinsik, adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya.
b.      Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai aspirasinya sendiri. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin apabila anak akrif mengalami sendiri.
Menurut teori Kognitif, belajar mennnjukkan jiwa yang sangat aktif, jiwa yang mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari sendiri, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisi, menafsirkan dan menarik kesimpulan.

c.       Keterlibatan langsung/pengalaman
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik saja, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
Belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya
d.      Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan, barangkali yang paling tua adalah dikemukakan oleh "Teori Dmu Jawa Daya". Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas: daya pengamatan, tanggapan, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir. Dengan mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
e.       Tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, sehingga timbul motif untuk mengatasi hambatan itu dapat diatas, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru.
f.       Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, terutama ditekankan oleh "teori belajar Opérant Conditioning" dari B. F. Skinner. Kalau pada teori Conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada Opérant Conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori ini adalah "Iaw of effec-nya Thorndike". Siswa akan belajar Iebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh bagi usaha belajar selanjutnya.
Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik akan mendorong anak untuk belajar lebih giat.
g.      Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang yang persis sama, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada: karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
C.    PROSES PSIKOLOGI BELAJAR SISWA
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif sehingga tingkah Iakunya berkembang.
Secara khusus untuk pendidikan dasar (dalam hal ini sekolah dasar yang usianya sekitar 6,0 - 12,0 tahun) harus mendapat perhatian serius para pendidik dikaitkan dengan masa pra remaja
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan proses psikologi belajar siswa khususnya usia sekolah dasar antara lain :
1.        Faktor-faktor stimuli belajar
Yang dimaksud dengan stimuli belajar disini adalah: segala hal di luar individu yang merangsang mereka untuk melakukan perbuatan belajar, mencakup hal-hal seperti    berikut :
a.    Panjangnya bahan pelajaran.
b.    Kesulitan bahan pelajaran.
c.    Mengenal bahan pelajaran.
d.   Suasana lingkungan eksternal
2.      Faktor-faktor Metode Belajar
a.    Kegiatan berlatih/praktek
b.    Resitasi selama belajar       
c.    Pengenalan hasil belajar     
d.   Penggunaan media pembelajaran yang Iengkap:
e.    Bimbingan belajar
f.     Pemberian insentif
3.      Faktor-faktor Individual
a.    Kematangan
b.    Usia Kronologis
c.    Perbedaan jenis klamin
d.   Pengalaman siswa sebelumnya
e.    Kondisi kesehatan jasmani dan rohani
D.    TEORI-TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA
Ada beberapa teori belajar yang saat ini dipergunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran antara lain :

1.    Teori koneksionisme oleh Edward Thorndike - Behaviorisme
Landasan teori Thorndike mula-mula dilakukan dalam eksperimen-eksperimen pada hewan, dengan maksud untuk mengetahui apakah hewan dapat memecahkan masalah dengan jalan berpikir ataukah melalui proses yang lebih mendasar sifatnya (seperti dilatih dalam jangka waktu yang lama).
Dalam satu penelitian Thorndike, dimana seekor kera dimasukkan ke dalam sebuah kurungan, di sebelahnya terdapat sebuah kotak berisi pisang, dan dikunci memakai palang pembatas. Pada hari pertama: kera memerlukan 36 menit untuk dapat membuka palang kunci agar dapat memperoleh pisang di dalam kotak. Pada hari kedua: kera tersebut hanya memerlukan 2 menit 30 detik saja, kera telah berhasil membuka palang kurungan untuk memperoleh pisang di dalam kotak.
Dari hasil penelitian Thorndike, dapat disimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan, diasosiasikan sebagai stimulus dalam belajar coba-coba atau "trial and error".
Ditinjau hubungannya dengan dunia pendidikan, maka hasil penelitian Thorndike memberi sumbangan melalui hukum latihannya dan law effectnya, dimana Iatihan yang dilakukan secara berulang-ulang memberi peluang timbulnya respons yang berarti.
2.    Teori Kondisioning Klasik - Ivan Petrovich Pavlov
Penelitian ini menggunakan seekor anjing yang diikat menghadap cermin dan salah satu bagian pipinya dilobangi Ialu ditanamkan pipa dan sebuah mangkok untuk mengukur keluarnya air liur (saliva) sang anjing.
Teori ini memberikan petunjuk praktis dalam merancang kegiatan belajar mengajar, menghindari perasaan-perasaan negatif, tindakan guru yang menimbulkan rasa takut pada siswa.
3.    Teori Gestalt - Wolfgang Kohler
Konsep yang dikembangkan oleh teori ini terhadap belajar adalah "insight = pemahaman", yaitu pengamatan/pemahaman terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu permasalahan.
Wolfgang Kohlar telah mengadakan eksperimen pada seekor simpanse yang dimasukkan ke dalam sebuah kandang. Di atas kandang tergantung beberapa sisir pisang, dan terletak pula beberapa buah kota kayu secara sembarangan. Mula-mula simpanse itu berupaya dengan bermacam-macam perilaku untuk mendapatkan pisang itu, tetapi selalu gagal. Beberapa lama, rupanya simpanse itu tiba-tiba mengerti hubungan antara kotak-kotak kayu dengan pisang yang tergantung. Simpanse dapat menyusun kotak-kotak kayu tersebut sehingga ia dengan mudah dapat mengambil pisang.
Hubungan eksperimen ini dengan belajar adalah adanya 'pemahaman" atau "insight" yang terjadi sangat tergantung kepada kompleksitasnya situasi permasalahannya. Apabila permasalahan itu mirip dengan situasi terdahulu, maka insight akan lebih cepat terjadi. Dengan adanya insight, belajar dapat diulang-ulang. Selain itu, dengan adanya insight, dapat diterapkan pada situasi yang lain.

No comments:

Post a Comment